Senin, 11 Februari 2019

Askep pada agregat usia sekolah


BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Anak merupakan usia yang rawan terserang berbagai penyakit, misalnya diare, kecacingan, dan anemia. Berdasarkan data WHO (2007) bahwa setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare, angka kejadian kecacingan mencapai angka 40-60% (Depkes, 2005).
Anak usia sekolah merupakan individu yang berusia antara 5-12 dan merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa remaja, sedangkan anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-13 tahun yang masih duduk dibangku sekolah dasar (Stanhope & Lancaster, 2003; Steward, 2003).
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa sebagai sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Kualitas bangsa di masa depan di tentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Anak usia sekolah sering di sebut sebagai periode peralihan antara masa pra sekolah dengan masa remaja. Pada kondisi ini akan terjadi banyak perubahan pada diri anak usia sekolah (AUS), baik dari kondisi fisik, mental, sosial serta terjadi peningkatan kemampuan dan keterampilan motorik. Hal ini akan mempengaruhi tumbuh kembang dan kesehatan usia sekolah (AUS) (Suryani, 2008).
Perilaku hidup bersih sehat dapat diterapkan di sekolah atau diberikan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, mental, sosial dan lingkungan melalui kegiatan bimbingan, di masa yang akan datang (Ananto, 2006).
Pendidikan kesehatan bagi anak bertujuan menambah kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan lingkungannya serta ikut aktif dalam usaha-usaha kesehatan. Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat, menimbulkan sikap perilaku hidup sehat, dan membentuk kebiasaan hidup sehat (Fitriani, 2011).
Ada beberapa indikator PHBS yang dilakukan di sekolah, yaitu cuci tangan dengan air bersih dan sabun, jajan di kantin sekolah, BAB dan BAK di jamban, buang sampah di tempatnya, berolahraga, mengukur tinggi dan berat badan, memeriksa jentik nyamuk, dan tidak merokok di sekolah (Notoatmodjo, 2010)

B.       Tujuan  Pembelajaran  Umum
Setelah  rnernpelajari  isi  makalah  ini,  mahasiswa diharapkan  dapat  memahami  tentang asuhan keperawatan  pada kelompok khusus anak usia sekolah.

C.       Tujuan  Pembelajaran  Khusus
Setelah rnempelajari  modul  ini, merujuk pada tujuan  umum  saudara diharapkan  mampu:
1.      Menjelaskan pengrtian dan pelaksanaan asuhan keperawatan  komunitas   pada kelompok khusus anak usia sekolah
2.      Mengidentifikasi masalah kesehatan yang lazim terjadi  pada kelompok khusus anak usia sekolah
3.      Menjelaskan  proses keperawatan komunitas pada kelompok khusus anak usia sekolah







BAB II
PEMBAHASAN TEORI
A.           Definisi Komunitas
Komunitas dapat   diartikan kumpulan orang   pada   wilayah tertentu dengan sistem  sosial   tertentu.  Komunitas  meliputi  individu,  keluarga, kelompok/agregat dan  masyarakat. Salah    satu  agregat di  komunitas adalah kelompok  anak   usia   sekolah  yang   tergolong  kelompok berisiko  (atas resiko) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak  sehat.
Berdasarkan umur  kronologis dan  berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang anak usia sekolah yaitu:
1.    Menurut definisi WHO  (World Health Organization) yaitu  golongan anak yang  berusia antara  7-15  tahun  , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
2.    Menurut Wong  (2009), usia sekolah adalah anak  pada usia 6-12 tahun.
B.            Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko
Anak  usia  sekolah adalah anak  yang  memiliki umur  6 sampai 12 tahun  yang masih  duduk  di sekolah dasar  dari  kelas  1 sampai kelas  6 dan  perkembangan sesuai   usianya. Anak  usia  sekolah merupakan kelompok risiko  yaitu  suatu kondisi yang dihubungkan dengan peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa jika faktor  risiko  tersebut  ada pasti  akan menyebabkan penyakit, tetapi  dapat  berakibat potensial terjadinya sakit  atau usia sekolah merupakan populasi risiko  karena beberapa hal yaitu:
1.      Anak  banyak menghabiskan waktu  di luar rumah
2.      Aktivitas fisik anak semakin meningkat
3.      Pada  usia ini anak akan mencari jati diri nya
4.      Masih    membutuhkan  peran    orang    tua   untuk    membantu  memenuhi kebutuhan
5.      Framework/Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada  agregat anak  usia sekolah menggunakan pendekatan Community as  partner model. Klien   (anak   usia sekolah) digambarkan sebagai inti (core)  mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai  dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang  saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik,   pelayanan kesehatan dan  sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan  pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi  (Anderson, Mc Farlane, 2000 .dalam Ervin,  2002).
C.            Tes Formatif
1.    Tujuan khusus Usaha Kesehatan sekolah, adalah:
a.    Menurunkan  masyarakat yang merasa kesakitan dan kelelahan fisik.
b.    Meningkatkan  kesehatan  peserta didik  batk , mental  maupun  sosial.
c.    Membantu dalam cakupan  pelayanan kesehatan terhadap  anak sekolah.
d.    Memungkinkan pertumbuhan  perkembangan anak sekolah.
e.    Mewaspadai daya tangkal  dan daya hayat terhadap pengaruh  buruk narkoba.
2.    UKS yang dijalankan  harus mengacu  pada Trias UKS, yattu :
a.    Pendidikan  kesehatan,  pelayanan kesehatan dan perubahan  lingkungan.
b.    Pelayanan kesehatan, pendidikan   kesehatan  dan imunisasi anak sekolah.
c.    Promosi  kesehatan, pelayanan  kesehatan  dan pendidikan  kesehatan.
d.    Pembinaan  lingkungan, pelayanan  kesehatan dan promosi  lingkungan sekolah.
e.    pendidikan   kesehatan, umumnya  dan perubahan kesehatan lingkungan sekolah.
3.    Pelayanan  UKS yang diselenggarakan sekolah seharusnya dapat dirasakan oleh semua  masyarakat sekolah, salah satunya adalah  rnenciptakan lingkungan sekolah yang sehat secara  praktis, bagainana cara sekolah menciptakan   lingkungan  praktis yang sehat adalah:

a.    Menyediakan akan  security 24 Jam di sekolah untuk rasa aman.
b.    Memasang CCTV di area lingkungan sekolah.
c.    Memberikan layanan  konseling baik anak sekolah.
d.    Menyediakan  sarana  kantin sekolah.
4.    Dalam membantu siswa untuk hidup sehat maka peran  perawat dalam Usaha Kesehatan Sekolah ,  yattu sebagai :
a.    Pembina  pembuatan Askep di sekolah.
b.    Pengatur semua kegiatan usaha kesehatan sekolah.
c.    Pendidikan dalam  bidang kesehatan.
d.    Pengawas dan pemantauan  hasil kegiatan  kesehatan.
e.    Pelaksanaan dalam  membima  semua  kegiatan di sekolah.
5.    Pelayanan  UKS minimal dikunjungi  petugas puskesmas setiap :
a.    3 buIan
b.    4 bulan
c.    5 bulan
d.    6 bulan
e.    1  tahun









BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA USIA SEKOLAH

A.           Pengkajian Data Inti (Core)
( Reni chairani , 2015. )
1.    Demografi:  Jumlah  anak   usia   sekolah  keseluruhan,  jumlah  anak   usia sekolah menurut jenis kelamin, golongan umur.
2.    Etnis:  suku bangsa, budaya, tipe keluarga.
3.    Nilai,  kepercayaan dan agama: nilai dan kepercayaan yang dianut  oleh anak usia  sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang   dianut, fasilitas keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia sekolah.

B.            Pengkajian 8 Sub Sistem
1.    Lingkungan Fisik
a.    Inspeksi:   Lingkungan   sekolah   anak     usia    sekolah,   kebersihan lingkungan, aktifitas anak  usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
b.    Auskultasi: Mendengarkan aktifitas yang  dilakukan anak  usia  sekolah dari guru kelas,  kader  UKS,  dan kepala sekolah melalui wawancara.
c.    Angket: Adanya kebiasaan pada  lingkungan anak  usia  sekolah yang kurang baik bagi perkembangan anak usia sekolah.
2.    Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak  usia sekolah, bentuk pelayanan kesehatan bila  ada,  apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak  usia sekolah melalui wawancara.
3.    Ekonomi
Jumlah  pendapatan  orang   tua  siswa,   jenis   pekerjaan  orang   tua  siswa, jumlah uang  jajan  para siswa melalui wawancara dan melihat data  di staff tata usaha  sekolah.

a.    Keamanan: adanya satpam sekolah, petugas penyebrangan jalan.
b.    Transportasi : Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya bis sekolah untuk  layanan antar  jemput siswa.
4.    Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak  usia  sekolah, dan  tata  tertib  sekolah yang harus  dipatuhi seluruh siswa.
5.    Komunikasi
a.    Komunikasi formal
Media komunikasi yang  digunakan oleh anak  usia sekolah untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.
b.    Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang  dilakukan anak  usia sekolah dengan gur dan orang   tua,   peran   guru   dan   orang   tua   dalam   menyelesaikan  dan mencegah masalah anak  sekolah, keterlibatan guru  dan  orang  tua dan lingkungan dalam  menyelesaikan masalah anak usia sekolah. Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis  kurikulum yang digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
c.    Rekreasi
Tempat  rekreasi  yang   digunakan  anak   usia   sekolah,  tempat  sarana penyaluran  bakat    anak usia    sekolah   seperti   olahraga   dan    seni, pemanfaatannya, kapan  waktu  penggunaan.

C.            Diagnosis  Keperawatan  Komunitas
Bentuk masalah keperawatan  komunitas pada kelompok khusus anak usia sekolah yang dapat saudara rumuskan  menjadi diagnosa keperawatan seperti:
1.    Risiko gangguan  tumbuh kembang pada anak usia sekolah
2.    Risiko peningkatan  kejadian cedera  pada anak usia sekolah
3.    Dapat  merumuskan  diagnosa  lain  sesuai  dengan  kondisi  masalah  kesehatan komunitas yang ditemukan.

D.           Perencanaan
Dapat   menggunakan    pendekatan pencegahan dalm membuat perencanaan  keperawatan  yaitu :
1.    Pencegahan  primer (primary prevention)
a.    Program promosi kesehatan
1)        Pendidikan kesehatan tentang : manfaat makanan  sehat dan cara menaruh jajanan sehat,  kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah, kebersihan diri (rambut, kulit, kuku, pakaian, sepatu),  cara  mencuci tangan yang baik, kebutuhan  latihan fisik anak usia sekolah,  cara  belajar yang baik dan konsentrasi, dan lain-lain sesuai  kebutuhan anak sekolah.
2)        Melakukan  pemeriksaan  kesehatan secara berkala (perawat dapat meminta bantuan guru dan kader kesehatan sekolah untuk melakukan pengukuran TB/BB setiap 4 bulan dan mencatatnya di KMS anak sekolah).  Mengingat banyak sekolah yang ada di wilayah binaan perawat, maka sebaiknya perawat sudah membuat jadwal kunjungan tenaga kesehatan secara  berkala minimal 6 bulan sekali untuk tiap sekolah.
3)        Memberikan layanan konseling tumbuh kembang anak usia sekolah atau  masalah kesehatan
4)        Membentuk kelompok sewaktu  anak usia sekolah   sebagai support bagi anak sekolah,  orang tua atau  keluarga.
b.    Program proteksi  kesehatan:
1)        Pelayanan masyarakat : pemberian untuk anak SD kelas 1 pemberian OT dan SD kelas VI (waruta) pemberian TT.
2)        Program  pencegahan kecelakaan  pada anak usia sekolah seperti memfasilitasi zebra cross untuk  penyebrangan. Menyediakan petugas yang membantu anak sekolah  menyeberang, menganjurkan anak menggunakan pelindung lutut atau helm jika bersepeda, rnenganjurkan sekolah untuk menjaga kebersihan  lantai (membuat tanda  peringatan  bila sedang dibersihkan), menganjurkan sekolah untuk dapat memperhatikan keselamatan anak seperti : tangga dibuat tidak curam, lapangan tidak berbatu,   menganjurkan keluarga untuk meningkatkan  pengawasan pada anak usia sekolah  khususnya anak usia sekolah yang tinggal didekat jalan, tempat yang berbahaya, pemantauan yang ketat terhadap  jajanan yang dijual di sekolah.
3)        Perlindungan anak usia sekolah dan child abuse dan orang dewasa disekitarnya : meningkatkan kepedulian   masyarakat terhadap keselamatan dan kesehatan anak usia sekolah, termasuk  sikap guru yang mendidik bukan menghukum, membuat sistem  pelaporan  dan sangsi yang jelas apabila  menemukan anak usia sekolah yang mengalami tindakan kekerasan baik fisik, emosional,  atau seksual dan orang lain, untuk segera diproses secara hukum  yang berlaku di Indonesia.
2.    Pencegahan sekunder (secondary prevention)
a.    Pencegahan dini dan pengobatannya, sebagai deteksi tumbuh kembang anak sekolah, atau  penyakrt untuk segera ditegakkan diagnosis dan  pengobatan sejak dulu.
b.    Perawatan emergency,  misalnya ditemukan  pada anggota anak usia sekolah yang mengalami  kecelakaan disekolah, atau  lalu  lintas
c.    Perawatan akut dan kritis, dtberikan  pada anak usra sekolah yang mengalami sakit akut seperti diare, demam,  dan lain-lain.  Perawatan juga diberikan  pada anak usia sekolah dengan penyak  kronis.
d.    Diagnosa dan terepi perawat komunitas dapat menegakkan  diagnosis keperawatan dan segera memberikan terapi  keperawatannya.
e.    Melakukan  rujukan untuk segera  mendapatkan  perawatan  lebrh lanjut
3.    Pencegahan tersier (tertiary prevention)
a.    Memberikan dukungan  pada upaya pemulihan  anak usia sekolah setelah sakit dengan memelihara kondisi  kesehatan agar tumbuh kembangnya optimal
b.    Memberikan konseling perawatan  lanjut pada kelompok anak usia sekolah pada  masa pemulihan
E.            Implementasi
Saudara dapat menggunakan empat strategi dalam melaksanakan  perencanaan  yang telah dtsusun sebelumnya, yaitu melalui  :
1.    Pemberdayaan  komunitas sekolah
hal yang penting dapat dilakukan  agar komunitas sekolah  peduli terhadap  masalah kesehatan anak usia sekolah. Pemberdayaan disesuaikan dengan kemampuan yang ada di komunitas, misalnya :    sekolah  mendirikan  kantin sehat dan jujur, yang menjual jajanan yang sehat (bebas pewama/pernarus buatan, bebas pengawet, serta memperhatikan  masa kadaluarsanya) dan siswa di rasakan untuk jujur mengambil dan membayar sendiri di kotak yang telah disediakan.
2.    Proses  kelompok
Perawat komumtas juga dapat menggunakan  pendekatan  kelompok, agar implementasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kelompok yang terdiri dari anak sekolah yang mempunyai masalah yang sama, kelompok
ini akan sangat bermanfaat membantu  keluarga  menemukan  solusti masalah kesehatan. Contoh   di bentuknya  kelompok swadaya bantu anak  usia sekolah.
yang mengatur gangguan  konsentrasi  belajar;  kelompok  untuk  dengan di fasilitasi oleh guru dan perawat komunitas akan  mencoba  mengenal penyebab  dan mencahkan solusi , serta  melainkan konsentrasi  anak. Anjuran untuk latihan  berenang cukup efektif  untuk membantu anak belajar konsentrasi.
3.    Pendidikan  kesehatan
Pendidikan  kesehatan seperti dijelaskan  di awal  akan sangat membantu anak sekolah meningkatkan  pengetahuannya untuk merubah  perilaku hidup lebih sehat.


4.    Kerukunan
Kerukunan  perlu dibentuk agar ada jejanng  kerja, contoh:  kerukunan dengan pedagang kantin agar dapat menyediakan  makanan yang
murah dan sehat.  Kerukunan  dengan perusahaan/percetakan  buku yang
dapat memberikan buku murah  untuk anak. Tentu  masih banyak
lagi  kerukunan  yang dapat saudara  bangun dalam rangka meningkatkan kesehatan anak usia sekolah.
F.             Evaluasi
Perawat komunitas  bersama  komunitas dapat mengevaluasi  semua  implementasi  yang  telah  dilakukan   dengan   merujuk  pada  tujuan  yang telah  ditetapkan  yaitu mencapai kesehatan anak usia sekolah yang optimal.


















BAB IV
KESIMPULAN

Asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus anak usia sekolah, berikut yang dapat dirangkum diatas adalah:
1.      Sasaran  pembenaan asuhan  keperawatan  komunitas pada kelompok khusus anak usia sekolah  ada hanya  pada anak sekolahnya saja, pada komunitas sekolah yattu : guru, staf administyrasi. orang tua/wall
siswa, masyarakat seki tar sekolah termasuk para  pedagang yang ada di kantin atau di luar sekolah-sekolah.
2.      Perawat komunitas dapat berperan sebagat  : Advokat, Case finder; Case manager, Community , Konselor kesehatan, Pendidik kesehatan.
3.      UKS dikembangkan berdasarkan  historical  model  yang tercantum dalam Trias UKS yaitu  :    pendidikan  kesehatan, pelayanan  kesehatan, dan perubahan lingkungan sekolah yang sehat.
4.      Masalah  kesehatan yang sering terjadi  pada anak usia sekolah yattu  :    masalah kebutuhan nutrisi (jajanan yang kurang sehat, kelebihan/kekurangan  nutrisi anoreksia),  masalah kebersihan , masalah gangguan  konsentrasi  belajar : resiko keamanan dan kebiasaan  merokok  sejak dulu,  masalah  psikososial dan masalah kekerasan  pada anak
5.      Perawat bersama  komunitas sekolah dapat melakukan  upaya  pencegahan dan mengatasi masalah kesehatan  pada anak usia sekolah dengan rnerujuk pada  level pencegahan dan menggunakan  4 strategi  pendekatan intervensi keperawatan  komunitas.





DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.N.,  & Spredley,  B.W.  (2001).  Community  health  nursing  :     concept  and  practice. Philadelphia:  Lrppmcot.
Anderson, E.T. & McFarlane,J. (2000). Community as partner: Theory and practice nursing. Philadelphia: Lippmcot.
Departemen   Kesehatan   RI   .(2003).   Kemitraan   menuju   Indonesia  sehat  2010.  Jakarta   : SekretanatJenderal Departemen  Kesehatan  RI.
Ervin,  N.E.  (2002). Advanced community  health  nursing practice:  population focused care. New Jersey:  Pearson  Educanon.lnc.
Neuman,  B. (1995). The Neuman systems  model (  3 ed.). Norwalk, CT: Appleton-Lange.
McMurray, A. (2003). Community health and wellness: a soctoecological approach. Toronto: Mosby.
Chairani, R. (2015). Modul keperawatan komunitas: Asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus. Dilihat dari https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-2-47932732. Di askes pada tanggal 04/05/2018.